PENYUSUNAN INSTRUMEN
PENGKAJIAN PROGRAM PAUDNI
Oleh: Drs. Kustopo, M.Pd
(Makalah disampaikan dalam workshop Pamong Belajar Provinsi Jawa Tengah)
A. Pengertian
Menurut Suharsimi Arikunto (2007), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data ini bias berupa alat ukur, kuesioner, soal tes atau soal ujian, cek lis dan lain sebagainya. Moleong (2006), mengatakan bahwa Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi intrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Diungkapkan juga oleh Moleong bahwa ciri umum peneliti sebagai instrument mencakup segi responsive, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim atau idiosinkratik.
Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi keadaan tentang variabel yang sedang diteliti. Instrumen atau alat pengumpul data merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data tersebut dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
Menyusun instrumen pengumpulan data penelitian dilakukan setelah peneliti memahami betul apa yang menjadi variabel penelitian. Pemahaman Penelitia terhadap variabel dan hubungan antar variabel aan mempermudah peneliti dalam menentukan dan menyususn intrumen penelitian yang akan digunakan. Setelah memahami variabel peneliti dapat menyusun instrumen untuk dapat menjabarkan kedalam bentuk sub variabel, indikator, descriptor/item dan butir-butir pertanyaan. Dengan demikian maka instrumen penelitan menajdi hal penting untuk menjaga agar penelitian yang dilakukan tersebut bermutu dan berkualitas.
B. Jenis-jenis Instrumen
Penyusunan instrument sangat terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh pengkaji program. Berdasarkan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian yang dapat dilakukan oleh pengkaji program, meliputi:
1. Tes (test)
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau soal-soal yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu maupun kelompok.
Adapun beberapa macam tes instrumen pengumpul data, antara lain:
a. Tes kepribadian (personal test)
b. Tes bakat (talent test)
c. Tes prestasi (pencapaian sesuatu)/(achievement test)
d. Tes intelegensi (tingkat intelektual)
e. Tes sikap (attitude test).
2. Kuisioner (angket)
Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang paling sering digunakan oleh peneliti/pengkaji program karena dipandang efektif dan efisien. Angket sangat cocok digunakan untuk responden yang jumlahnya sangat banyak serta wilayah penelitiannya sangat luas.
Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup.
a. Angket terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk pertanyaan terbuka sehingga responden dapat memberikan isian jawaban sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
Contoh angket terbuka:
1) Bagaimanakah pendapat Anda tentang diadakannya program Desa Vokasi di tempat tinggal Anda?
2) Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pada program Desa Vokasi yang diselenggarakan di tempat Anda?
b. Angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa, responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau tanda check list (√).
Contoh angket tertutup yang pengisiannya cukup dengan menggunakan tanda silang (X).
Berilah tanda silang pada pernyataan berikut.
1) Apakah saudara merasa senang mengikuti pelatihan otomotif yang diselenggarakan oleh SKB?
a. Ya b. Tidak
2) Apakah peralatan pelatihan yang disediakan oleh SKB dalam pelatihan sudah lengkap?
a. Ya b. Tidak
Contoh angket tertutup yang pengisiannya cukup dengan menggunakan tanda check list atau centang (√).
Berilah tanda check list atau centang (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan kondisi Anda.
1) Jenis kelamin Anda ….
¨ Laki-laki
¨ Perempuan
2) Status pernikahan Anda ….
¨ Belum kawin
¨ Kawin
¨ Duda/janda
Sugiyono (2005), mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu:
1) Isi dan tujuan pertanyaan.
2) Bahasa yang digunakan.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan.
4) Pertanyaan tidak mendua.
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa.
6) Pertanyaan tidak menggiring.
7) Panjang pertanyaan.
8) Urutan pertanyaan.
9) Prinsip pengukuran.
10) Penampilan fisik angket.
3. Wawancara (interview)
Moleong (2006) mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang tidak memungkinkan untuk ditemukan melalui observasi. Sugiyono (2005) menyatakan bahwa tujuan dilakukan wawancara atau interviu adalah untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Teknik wawancara dilakukan dalam pengkajian program dengan tujuan untuk menggali berbagai informasi terkait dengan apa saja yang terjadi atau dialami selama penyelenggaraan program PAUDNI berlangsung. Teknik wawancara ini dilakukan dengan asumsi bahwa:
1) merupakan cara untuk memperoleh data langsung dari sumbernya,
2) ingin menggali informasi lebih mendalam pada responden,
3) responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya,
4) responden dapat dipercaya,
5) responden dan peneliti memiliki interpretasi yang sama tentang pertanyaan-pertanyaan.
Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan atas:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah tersusun, setiap responden diberi pertanyaan yang sama. Sehingga orang lain (bukan pengkaji) dapat membantu mengambil data/melakukan wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana pengkaji tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancaranya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden. Pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kemampuan pewawancara untuk menggali informasi yang lengkap dari responden.
Dalam melakukan wawancara antara pengkaji dengan responden akan terjadi kontak pribadi, oleh karena itu harus pengambil data harus memahami situasi dan kondisi responden.
Contoh butir pertanyaan dalam panduan wawancara tidak terstruktur:
Ø Bagaimana peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan program Desa Vokasi?
Pertanyaan ini akan berkembang menjadi:
· Apakah masyarakat banyak yang ikut?
· Apakah masyarakat aktif mengikuti program?
· Bagaimana kehadirannya?
· Apakah masyarakat bersemangat dalam mengikuti program?
Ø Bagaimana peran serta perangkat desa?
· Apakah perangkat desa mendukung?
· Dalam bentuk apa dukungannya?
Pertanyaan akan terus bertambah sampai pengkaji merasa data yang dikumpulkan sudah tercukupi.
4. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan terhadap obyek yang diteliti (Sugiyono, 2005). Moleong (2006), menyebut observasi dengan istilah pengamatan berperanserta. Pengamatan atau observasi merupakan kegiatan dimana peneliti terlibat secara langsung pada obyek yang dikajinya. Peneliti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada peristiwa yang sangat kecil sekalipun.
Pamong belajar dalam melaksanakan pengkajian program sebenarnya lebih cocok dengan observasi, karena semenjak perancangan program, pelaksanaan, dan monitoring, mereka sudah terlibat secara langsung.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:
a. Observasi berperan serta
Dalam observasi ini, pengkaji program terlibat dengan kegiatan sehari-hari dalam program yang diamati.
b. Observasi non partisipant
Dalam observasi ini, peneliti hanya sebagai pengamat independen. Observasi ini dapat dilakukan oleh pamong belajar dari luar penyelenggara program.
Dalam melaksanakan kegiatan observasi, seorang pengkaji program harus melakukan pencatatan peristiwa-peristiwa yang dialami/ditemui saat mengadakan pengamatan. Catatan-catatan ini yang nantinya digunakan sebagai data temuan dalam pengkajian program.
Pada era digital seperti sekarang, observasi dapat dibantu dengan menggunakan alat perekam yang modern, seperti handicam, tape recorder dan sebagainya. Dengan menggunakan alat bantu perekam data ini akan mempermudah pengambilan data di lapangan, data lebih valid dan dapat diputar ulang apabila pengkaji program merasa perlu untuk meyakinkan hasil observasinya.
5. Dokumentasi
Sugiyono (2005), menyatakan bahwa studi dokumentsi disebut sebagai penelusuran literature, yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau laporan data dari peneliti sebelumnya. Sedangkan Moleong (2006) menyatakan bahwa dokumetasi merupakan setiap bahan tertulis ataupun film, bisa berupa dokumen pribadi maupun dokumen resmi.
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat pengkaji program melakukan pengkajian. Dokumen yang dapat diambil meliputi buku-buku yang relevan seperti modul, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, film dokumenter dan data lain yang relevan.
Data yang diperoleh dari penelusuran dokumentasi digunakan sebagai dasar pengkajian program yang telah dilaksanakan. Data ini biasanya akurat dan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan pengkajian apakah program berjalan sesuai dengan rencana ataukah melenceng dari desain yang telah dirancang pada awal kegiatan.
Untuk memudahkan kegiatan pengambilan data melalui dokumen, maka pengkaji program perlu membuat catatan ataupun check list. Hal ini dilakukan agar pengkaji program tidak lupa dan tidak mengalami keterceceran data. Apalagi kalau jumlah data yang harus diukur sangat banyak, tentunya pengkaji program harus jeli dan hati-hati.
Contoh instrument dokumen dengan tabel check list sederhana.
No
|
Dokumen Perencanaan Program Kegiatan Pelatihan Otomotif
|
Kondisi
| ||
Ada lengkap
|
Ada sebagian
|
Tidak ada
| ||
1
|
Desain pelatihan
| |||
2
|
Kurikulum
| |||
3
|
Standar kompetensi dan kompetensi dasar
| |||
4
|
Jadwal pelaksanaan kegiatan
|
Pembuatan instrument untuk dokumen ini dapat dimodifikasi dengan berbagai bentuk, dengan tujuan untuk mempermudah pengkaji program melakukan pengumpulan data, sehingga tujuan akhir dari pengambilan data, yaitu pengolahan data, dapat dilakukan dengan mudah.
6. Rating scale (skala bertingkat)
Rating Scale adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berisi skala sikap bertingkat yang harus dipilih dengan cara member tanda silang (X), check list atau centang (√), maupun melingkari (0) pada jawaban yang sudah disediakan. Pada rating scale, data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Bentuk instrument Rating Scale ini hampir sama dengan kuesioner tertutup, yang membedakan adalah penekanan pada jawaban pernyataan yang lebih menekankan adanya tingkatan/herarkis sikap dari responden.
Contoh instrument Rating Scale:
1) Berilah tanda silang (X) pada kolom yang disediakan sesuai dengan pernyataan:
SS = jika sangat setuju,
S = jika setuju,
R = jika ragu-ragu
TS = jika tidak setuju
STS = jika sangat tidak setuju
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
R
|
TS
|
STS
|
1
|
Program Desa Vokasi member inspirasi masyarakat desa untuk berwirausaha
| |||||
2
|
Program Desa Vokasi membangkitkan perekonomian masyarakat pedesaan
| |||||
3
|
Progran Desa Vokasi mendorong kemajuan desa
|
2) Berilah tanda check list atau centang (√) pada kolom skor yang disediakan sesuai dengan kondisi yang ada pada penyelenggaraan Program Pelatihan Otomotif di tempat saudara:
1 = jika tidak ada,
2 = jika sebagian ada,
3 = jika seluruhnya ada
No
|
Pernyataan
|
SKOR
| ||
1
|
2
|
3
| ||
1
|
Silabus pembelajaran/pelatihan otomotif
| |||
2
|
Perencanaan pembelajaran berupa RPP
| |||
3
|
Buku panduan/modul sesuai dengan kurikulum
| |||
4
|
Jadwal penyelenggaraan pelatihan
| |||
5
|
Alat evaluasi/soal tes
|
C. Langkah-langkah menyusun Instrumen
Supaya pengkaji program PAUDNI dalam menyusun instrument dapat runtut dan sistematis, ada lima langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu:
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan diteliti,
2. Menjabarkan variabel menjadi indikator-indikator,
3. Menjabarkan indicator menjadi item-item,
4. Mendeskripsikan setiap butir item ke dalam jenis instrument,
5. Merumuskan butir soal atau pertanyaan maupun pernyataan untuk setiap jenis instrumen.
Antara instrument dengan metode pengumpulan data saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Jenis metode yang akan digunakan dalam pengambilan data akan berpengaruh pada jenis instrument yang akan dipakai sebagai alatnya. Berikut adalah gambaran keterkaitan antara metode dengan instrument.
No
|
Metode
|
Jenis Instrumen
|
Rumusan Butir Instrumen
|
1.
|
Angket/Kuesioner
|
Angket/Kuesioner, Rating Scale, Test
|
Angket, daftar cocok/check list, Skala, inventory, soal tes
|
2.
|
Wawancara/ interviu
|
Wawancara
|
Pedoman wawancara, daftar cocok, daftar pertanyaan
|
3.
|
Pengamatan/ observasi
|
Observasi/Pengamatan, Wawancara, Dokumentasi
|
Lembar pengamatan, catatan kasus, catatan peristiwa, panduan observasi, panduan wawancara, dokumentasi
|
4.
|
Studi Dokumentasi
|
Dokumentasi, Observasi
|
Daftar cocok/check list, dokumentasi, lembar pengamatan, catatan kasus, catatan peristiwa, panduan observasi.
|
D. Validitas dan reliabilitas Instrumen
Sugiyono(2002), menyatakan instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan instrument yang reliable berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula.
Kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama, yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran. Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable. Instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang benar-benar akurat.
E. Pengujian Validitas Instrumen
Sugiyono (2002), menyatakan ada tiga jenis pengujian Validitas instrument, yaitu:
1. Pengujian Validitas kontruksi (Contruct Validity)
Untuk menguji validitas kontruksi maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment expert). Instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala teori tertentu, yang selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Setelah pengujian kontruksi dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas kontruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test. Instrumen test ini biasanya digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika tutor/nara sumber memberikan ujian di luar materi pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas kontruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja peserta pelatihan, instrument untuk mengukur kemampuan penyaji materi atau nara sumber. Maka kriteria kinerja peserta pelatihan ataupun kemampuan nara sumber dalam menyampaikan materi pelatihan pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.
F. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2002) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakaeta: Bumi Aksara
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitaian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta
_______. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
Assalamualaikum, apakah Bapak dapat membantu saya untuk memberi contoh desain pengkajian program PAUDNI (melalui email saya : kuganjar@yahoo.com) terima kasih.
BalasHapusinformasi yang sangat berguna. Mau tahu instrumen yang valid seperti apa yaaa
BalasHapusAda contoh instrumen baku untuk judul hubungan evaluasi karu terhadap kepatuhan perawat pelaksana dalam melakukan identigikasi,resiko jatuh dan cuci tangan???
BalasHapus